MENGEMBANGKAN
KUALITAS DAN TALENTA
ANTARA GURU
DENGAN ANAK DIDIK[1]
Oleh Harianto
GP.
Memasuki tahun 2012 dengan berbagai program kerja dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini
dilakukan oleh Kemeneterian Agama RI mengenai Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
Sertifikasi Guru, ketentuan menjadi guru harus
S.Pd.K. (strata S-1), dan akreditasi BAN PT untuk sekolah, perguruan
tinggi dan universitas, maka segala perangkat pendidikan dituntut semakin
meningkatkan dirinya. Kondisi tersebut menjadi special bagi para guru dan anak
didik dalam meningkatkan kualitas guru dan talenta anak dalam proses belajar
mengajar.
Makalah
pendek ini bertujuan untuk
menjawab: bagaimana pemahaman kualitas dan talenta, yang perlu dikembangkan
oleh para guru dan anak didik dalam
proses belajar mengajar.
Kualitas guru
Pengertian Kualitas
Quality (noun/kata benda): mutu, menekakan pada: (1)
tingkat baik buruknya sesuatu; (2)
derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); mutu: sangat dibutuhkan
tenaga-tenaga terampil yang tingginya. Digambarkan bahwa pribadi yang
baik adalah mempunyai bentuk tingkah laku yang baik seseorang sebagai
warga masyarakat atau warga negara yang dapat dijadikan teladan dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Jadi “berkualitas” berarti mempunyai kualitas;
bermutu (baik): setiap perguruan tinggi ingin menghasilkan sarjana yang
baik.
Kalau divisualisasikan dalam arti kata sebagai
berikut:
Kualitas atau mutu adalah tingkat
baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam bisnis, rekayasa,
dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk
memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan,
seperti Six Sigma,TQM, Kaizen, dan lain-lain. Tetapi beberapa pakar kualitas mendefinisikan kualitas dengan beragam interpretasi.
Juran, mendefinisikan kualitas secara sederhana sebagai ‘kesesuaian untuk
digunakan’. Jadi kalau seseorang tidak
dapat “digunakan” dalam suatu pekerjaannya, maka ia “kurang” berkualitas. Kesesuaian dengan tujuan adalah sangat
bermanfaat: seseorang yang berkualitas sangat bermanfaat. ”Crosby mengatakan
“kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi: availability,
delivery, realibility, maintainability, dan cost effectivenes. Sedangkan
Feigenbaum mengatakan bahwa “kualitas
merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing,
engineering, manufacture , dan maintenance,dalam mana produk dan jasa tersebut
dalam pemakaianya akan sesuai dengankebutuhan dan harapan pelanggan.
Dale dalam beberapa hasil survey yang terfokus pada
persepsi arti pentingnya kualitas produk dan jasa, diantaranya: kualitas
meliputi semua hal (quality is all-pervasive) sebagai berikut:
1. Kualitas
meningkatkan produktivitas
2. Kualitas
mempengaruhi kinerja yang lebih baik pada pasar
3. Kualitas
berarti meningkatkan kinerja bisnis. Biaya non kualitas yang tinggi, konsumen
adalah raja,
4. Kualitas
adalah pandangan hidup (way of life).
Kualitas dalam Pendidikan
Kualitas meningkatkan produktivitas: guru yang
visioner, guru yang terampil dengan kurikulum (teorik dan praktek), proses belajar mengajar guru dengan anak
didik, dan guru yang terlatih melakukan evaluasi.
kualitas mempengaruhi kinerja yang lebih baik pada
pasar: guru yang mampu melihat kebutuhan anak setelah lulus mau kemana, guru yang
mampu melihat persiangan kebutuhan pasar, guru yang mampu melihat persaingan
sekolah.
kualitas berarti meningkatkan kinerja bisnis. Biaya
non kualitas yang tinggi, konsumen adalah raja: guru yang dapat menggunakan
modal sekecilnya mampu mengelola lembaga pendidikan (sarana dan prasana), guru
yang berpikir sebagai seorang manajer yang mendatangkan keuntungan.
kualitas adalah pandangan hidup (way of life): guru yang meningkatkan
daya kognitif (kemampuan akademik), afektif (peka dan mampu menjawab kebutuhan profesionalisme lapangan, dan
psikomotoris (terampil, mengembangkan dirinya dalam segala keterampilan yang
nantinya ditranfer kepada anak didiknya).
Talenta Anak
Didik
Pengertian Talenta
Talent (noun): bakat, pembawaan. Pembawaan seseorang
sejak lahir; bakat: Tuhan telah menganugerahkan, memberi kekuatan dan
petunjuk.
Talenta dapat di visualisasikan sebagai berikut :
Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh
semua orang dalam tingkat yang beragam. Bakat adalah kapasitas seseorang dalam
melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan.
Brigham mengatakan bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang
dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu
(segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan. Jadi, bakat
adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
Bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi
psikomotor, dan dimensi intelektual.
Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu:
(1) Achievement: Kemampuan aktual.
(2) Capacity: Kemampuan potensial.
(3) Aptitude: Kualitas
Talenta dalam Anak
Didik
Taletan (bakat) dalam
anak didik dapat mencakup sebagai berikut:
1. Pembawaan
sejak lahir: dicek latar belakang keluarga (Kristen KTP atau Kristen pasif,
atau Kristen aktif melayani) ---
dikembalikan
2. Menjadikan
anak didik kualitas: kognitif, afektif, dan psikomotoris
3. Menjadikan
anak didik berprestasi
Proses Belajar Mengajar antara Kualitas
Guru dengan Talenta Anak Didik
Dalam belajar melibatkan keseluruhan dimensi dari
individu karena manusia adalah makhluk utuh yang memiliki dimensi lahiriah,
jasmaniah, pribadi dan sosial. Setiap
individu memiliki pancaindra. Karena alasan itulah proses belajar yang baik
melibatkan keseluruhan panca indera semaksimal mungkin.
Melibatkan pancaindera dalam kegiatan belajar:
1. Dengar-à 2. Lihat-à 3.
Bicara-à 4.Berbuat-à dan 5. Berbicara dan Berbuat
Belajar harus mengaktifkan pendengaran, penglihatan,
perasaan, penciuman, perabaan dan pengalaman bahkan gerak. H.R Mill dalam
piramid belajar, mengatakan dari segi pengembangan pengetahuan bahwa seseorang
untuk memperoleh pengetahuan biasanya seseorang lebih banyak belajar melalui
penglihatan (75%) daripada pendengaran (25%). Selanjutnya pandangan belajar
dari segi pengembangan ketrampilan, yaitu seseorang meningkatkan ketrampilan,
maka seseorang belajar melalui praktek (65%) daripada penglihatan (25%) dan
pendengaran (10%).[6]
Contoh-contoh pada masing-masing pengembangan
pengetahuan dan pengembangan ketrampilan, yaitu: dapat dilihat pada gambar
berikut:
1. Mengembangkan
penglihatan anak didik: guru kualitas dapat menjawab kebutuhan anak didik dan
meningkatkan anak didik dalam wujud ”penglihatan”.
2. Mengembangkan
pendengaran anak didik: guru yang berkualitas dapat menjawab kebutuhan anak
didik dan dapat meningkatkan anak didik dalam mewujudkan ”pendengaran”.
3. Mengembangkan
praktek anak didik: guru yang berkualitas dapat menjawab kebutuhan anak didik
dan dapat meningkatkan anak didik dalam mewujudkan ”praktek”.
Dengan
demikian peningkatan anak didik menuju dua hal sebagai berikut:
1. Talenta:
”anak didik yang berprestasi” secara kognitif, afektif, dan psikomotoris
2. Kualitas: anak didik menjadi produktif, mempunyai
kinerja yang bagus, mempunyai pandangan
hidup ke depan, mengerjakan segala sesuatu secara efisien.
Guru
Menurut Witherington, makna mengajar bukanlah hanya
menuangkan bahan pelajaran ke dalam pikiran piiran, atau menyampaikan
kebudayaan bangsa kepada anak-anak. ”Teaching is primarely and always the
stimulation of the learning.“[7] Jadi murid
yang sudah mendapat stimulasi dari guru tidak akan berhenti belajar, akan
tetapi terus menyelidiki dan memperdalam pengetahuannya. Menurut H.G Wells
mengajar sebagai tugas guru adalah the greatest of human tests. Memang,
mengajar yang efektif sangat kompleks dan bergantung pada integrasi dari
berbagai faktor. Untuk mengetahui syarat-syarat mengajar yang baik diadakan macam-macam
penyelidikan tentang sifat-sifat guru dan teknik-teknik mengajar.
Untuk mempertegas pembahasan dalam hal ini lebih
membicarakan kepada guru Kristen, karena dalam proses pembelajaran sangat
berbeda antara guru Kristen dengan guru umum. Istilah guru Kristen dapat kita
pahami dari tiga segi, yaitu pertama guru dalam perspektif Kristen; kedua, guru
yang Kristen dan ketiga, guru yang memberi pengajaran berkaitan dengan iman
Kristen.[8] Jadi dalam pembahasan ini mengarah pada guru
Kristen, guru yang mengajarkan iman Kristen, yang memberi kesan lebih sempit
tentang lingkup tugasnya. Dengan demikian, guru Kristen hanya menunjuk kepada
mereka yang mengajarkan agama Kristen yang menggeluti bidang pekerjaannya dalam
hal kekristenan.
Selain status sebagai guru Kristen, perlu memberi
penjelasan mengenai persyaratan sebagai seorang guru Kristen. Jadi apa yang dipersyaratkan kepada guru umum
tentu saja tidak sama dengan guru Kristen. Persyaratan guru umum harus dimiliki
oleh guru Kristen, sebaliknya yang dimiliki oleh guru Kristen tidak dimiliki
oleh guru umum. Aspek persyaratan yang dimiliki oleh guru Kristen yang tidak
dimiliki oleh guru umum adalah masalah persyaratan rohani, persyaratan iman
Kristen.
Syarat-Syarat seorang pendidik supaya mengajar lebih
efektif yaitu persyaratan secara profesional dan persyaratan rohani.
Persyaratan guru yang profesional
meliputi keterandalan (menguasai apa yang dikerjakan), layanan yang
kas(kemanfaatanya lebih nyata), diakui oleh masyarakat dan pemerintah.
administratif akademik, ketrampilan teknik mengajar, sedang persyaratan rohani
seorang guru Kristen antara lain: lahir baru, dewasa rohani, serta berpegang
pada Alkitab sebagai sumber utama dalam pengajarannya. Dengan demikian seorang
guru Kristen harus memiliki keseimbangan antara persyaratan profesional dengan
persyaratan rohaniah.[9]
Anak Didik
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, setiap guru perlu memiliki pemahaman yang komprehensif tentang
anak didik. Hal ini sangat penting,
mengingat pelaku proses belajar adalah anak didik itu sendiri. Guru tidak dapat
belajar bagi anak didinya, anak didiklah yang belajar bagi dirinya
sendiri.Bahan pengajaran yang baik mendorong terjadinya proses pembelajaran.
Sekalipun demikian, kita harus memahami bahwa kemauan setiap anak didik untuk
melakukan pembelajaran berbeda-beda.
Pemahaman terhadap anak didik sangat penting bagi
pendidik. Dengan demikian, peranan guru ialah memberi bimbingan, bantuan atau
pengarahan agar anak didik dapat bertanggung jawab atas dirinya dan kemajuannya
sendiri, serta mengalami peristiwa belajar yang lebih efektif. Demi kelancaran
proses pembelajaran, maka guru perlu mengenal latar belakang dan tingkat
perkembangan serta kebutuhan anak didik. Jika guru berusaha mengenal siapa anak
didiknya yang akan dilayani, ia akan lebih mendapat pertolongan dalam
merumuskan tujuan, sasaran dan bahan pengajaran yang relevan sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Menurut BS. Sijabat bahwa pemahaman utama mengenai
anak didik yang perlu dimiliki dan terus ditingkatkan oleh guru ialah tentang
kedudukan mereka sebagai makhluk religius. [10]
Dengan demikian guru dalam perspektif
pendirikan Kristen harus memiliki keyakinan bahwa anak didik bukan saja sbagai
makhluk biologis, psikologis, sosiologis dan kultural, tetapi terutama bahwa a
makhluk religius. Ini sesuai deangan penjelasan Alkitab bahwa mansuia
diciptakan sesuai dengan ”gambar dan rupaNya” (Kej 1:26, 27).
Anak didik adalah manusia yang memiliki potensi
moral, intelektual atau mental, bahkan potensi keindahan. Allah tidak membiarkan manusia tanpa
perlengkapan atau modal dasar, yaitu potensi, kemampuan, kesanggupan, kekuatan
dan kuasa. Karena itu, guru harus tetap mengembangkan pandangan positif
terhadap peserta didiknya, yaitu keyakinan potensi manusia. Guru juga bertugas
dengan terlebih dahulu dahulu mengakui dan menghargai kekuatan yang dimiliki
oleh anak didik.
Sebagai manusia, guru dan anak didik merupakan
pribadi seutuhnya.[11] Maksudnya
adalah guru dan anak didiknya sekaligus memiliki dimensi lahiriah atau fisik
(fisiologis) dan dimensi batiniah. Ke
dalam dimensi batiniah termasuk aspek jiwa, mental dan roh. Semua unsur
tersebut saling berkaitan dalam aktifitas sehari-hari, khususnya dalam proses
pembelajar. Jika demikian, belajar bukan saja perbuatan fisik (olah raga),
tetapi juga aktifitas emosi (olah rasa), sikap, dn pikiran. Perbuatan belajar bahkan dapat kita pahami
sebagai kegiatan rohani. Pelajaran keagamaan (iman Kristen) juga tidak lepas
dari kegiatan rohani.
Nilai Dasar Tranformasi: Alkitab sebagai
Dasar Pengajaran
Alkitab menjadi dasar rancangan pengajaran merupakan
peletakan kurikulum yang alkitabiah. Alkitab menjadi mutlak benar dan tidak ada
sedikitpun kesalahan. Alkitab adalah final tidak ada alkitab lain di luar
Alkitab Yesus Kristus. Alkitab ditulis oleh para nabi Allah yang diilhami oleh
Roh Kudus sehingga Alkitab adalah Firman Allah.
Pengertian Alkitab sebagai Dasar
Pengajaran
Alkitab adalah sumber dari segala kehidupan, yang
membuat seseorang dari kehidupan yang jahat menjadi baik, hidup meragukan masa
depan menjadi hidup penuh dengan masa depan, hidup yang selalu merasa serba
kekurangan menjadi selalu dicukupi, hidup yang selalu kurang puas menjadi
dipuaskan. Paulus sendiri mengatakan: “aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam
Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya” (Rm 1:16). Kata “menyelamatkan” (salvation; bahasa Yunani “suterian”) menekankan pada efek mengenai
keselamatan. “suterian”; akar katanya
“suteria” menujuk pada “bodily health, preservation, safety”[12] tetapi lebih dalam bahwa keselamatan itu
dikarenakan “justification’, “redemption” dari Allah (kekuatan Allah yang ada
pada frase sebelumnya). Keselamatan itu secara positif bahwa hidup dalam
kejujuran dan membawa banyak berkat dari Allah (Rm 5:10-11; 1 Kor 1;18; Ef
2;13) tetapi secara negatifnya, orang yang tidak diselamatkan terkena murka
Allah (Rm 5:9), jauh dengan Allah (Rm 5:10), jatuh dalam dosa (Mat 1:21), kehidupannya hilang (Luk 19:10), hidup dalam
kekuatan iblis (Luk 8:36), jatuh sakit (Luk 8: 48), hidup dalam bahaya (Mat
8:25-26), dan menjadi generasi yang korup (Kis 2:40).[13]
Begitu luar biasanya makna dan kekuatan dari
Alkitab, maka sepantasnyalah Alkitab menjadi sebagai dasar pengajaran. Maksudnya, Alkitab bukan saja menjadi isi
(kurikulum) yang hendak diajarkan bagi pendidikan orang dewasa, tetapi Alkitab
menjadi aturan-aturan dalam merancang pengajaran. Aturan-aturannya adalah
Alkitab menjadi dasar atau batas materi dan strategi-strategi yang bagaimana
dapat dilakukan dalam mengembangkan proses belajar mengajar kepada orang
dewasa.
Rancangan Pengajaran
Rancangan pengajaran merupakan sarana menguraikan
tranformasi ekspresi dari nilai-nilai
Alkitab. Suprijanto merumuskan rancangan mengajaran terdiri dari beberapa poin
sebagai berikut: (1) Identifikasi tujuan umum pengajaran; (2) Melakukan
analisis pengajaran; (3) Identifikasi tingkahlaku dasar dan ciri-ciri peserta
didik; (4) Merumuskan tujuan performasi; (5) Mengembangkan butir-butir teks
ancuan patokan; (6) Mengembangkan strategi pengajaran; (7) Mengembangkan dan
memilih materi pengajaran; (8) Merancang dan melakukan evaluasi formati; (9)
Merevisi materi pengajaran; (10) Merancang dan melakukan evaluasi sumatif.[14] Pekerjaan
di atas, dapat diwujudkan dalam Garis Besar Program Pengajar (GBPP). Sidjabat
menyebutnya semacam “pedoman kurikulum”, yang muatannya adalah: mata kuliah,
sks, penjelas dan tujuan, topik bahasan, bahan sumber belajar. GBPP adalah
pedoman untuk mengembangkan Rencana Perkuliahan atau Satuan Acara Perkuliah
(silabus).[15] Sedangkan
SAP adalah rancangan kegiatan pembelajaran satu semester, menjawab tiga
pertanyaan utama: (a) apa yang harus dipelajari (tujuan pembelajaran); (b) apa
atau bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan dan sumber belajar); (c)
bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai
(evaluasi).[16]
Kekuatan Alkitab
Alkitab bukan saja memberi tuntunan orang-orang
percaya agar imannya semakin berbuah,
tetapi juga merupakan kunci dari keberhasilan segala kegiatan manusia di dunia.
Alkitab yang menjadi pedoman dan dasar
pengajaran kehidupan orang-orang percaya menujuk kepada kekekalan hidup. Kitab
Daniel 4:34 mengatakan: “aku memuji Yang
Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena
kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun”.
Daniel 12:7 Lalu kudengar orang yang
berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas
air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat
tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: "Satu masa dan dua masa dan
setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka
segala hal ini akan digenapi!" Bahkan
dalam Roma 2:7 mengatakan bahwa hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun
berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan.
Berikutnya 1 Yohanes 1:2 mengatakan: “Hidup itu telah dinyatakan, dan
kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu
tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah
dinyatakan kepada kami”.
Frasa “hidup kekal” (eternal life; bahasa Yunani
“sume” (life) “aimenion” (eternal) menunjuk pada kehidupan anak (inkarnasi
Yesus) ke bumi membawa spiritual life (Yoh 6:57; Rm 1:17; 8:13b, Gal 2:19,20;
Ibr 12:9), merubah keadaan yang tadinya berdosa menjadi hidup dalam Allah,
membawa harapan, dan merubah karakter
manusia. Berkaitan hal tersebut, maka Vine menguraikan arti hidup sebagai
berikut:
To live means to experience that change,
which to be the portion of all in Christ who will be alive upon the earth at
the Parousia of the lord Jesus and wich corresponds to the resurrection of
those who had previously died in Christ.[17]
Kata “eternal” menunjuk pada tujuan waktu yang tiada
akhir, tempat yang tiada akhir, musim
yang tiada akhir, pribadi yang tiada
akhir, kekuatan yang tiada akhir, tetapi
untuk masuk dalam eternal melalui penghakiman yang dilakukan oleh Allah.[18] Jadi,
kehidupan kekal merupakan jalan Yesus yang menunjuk segalanya tiada akhir.
Transformasi Injil
Transformasi Injil merupakan Amanat Agung Allah yang
harus diberikan kepada semua orang di seluruh bumi (Mat 28: 16-20; Mrk 16:15;
Luk 24: 46-48; dan Yoh 20: 21-23). Yesus mengajarkan kepada siapa saja bahwa
tidak ada seorang pun dapat sampai kepada Bapa di surga kecuali hanya melalui
Tuhan Yesus (Yoh 14:6). Inilah inti berita keselamatan bagi manusia di dunia.
Yesus tidak kompromi dan Dia ingin mengatakan hanya melalui Yesus ada jalan
keselamatan, tetapi Yesus tidak memaksa manusia. Yesus sama dengan Bapa memberi
pilihan kepada manusia untuk memilih “hidup kekal” atau “binasa” di mana
manusia akan mati dalam dosa mereka jika mereka tidak mau percaya bahwa Dialah
Juruselamat itu (Yoh 8:24).
Yesus mengajarkan para pengikut-Nya bahwa bagaimana
mereka bisa menjalani sebuah kehidupan yang berbuah-buah, yakni dengan berada
dekat dengan Dia (Yoh 15: 1-16). Sukacita dan kepatuhan akan menjadi
tanda-tanda kehidupan mereka. Mereka akan menjadi sahabat, tidak saja hanya
hamba-hamba (ay. 15), tetapi mereka harus juga siap menghadapi tantangan dan
penganiayaan. Begitu juga sewaktu Yesus melewatkan sebagian besar hidup-Nya di
dunia ini untuk melayani bangsa-Nya sendiri, yaitu orang-orang Yahudi. Hal
sedemikian jelas bahwa Dia juga mencita-citakan pelayanan Injil di seluruh
dunia (Luk 13:29; Mat 24:14; 15: 21-28; 8:5-13).
Kerinduan Yesus bahwa kehidupan kekristenan dapat
menghasilkan buah yang lebat (Yoh 15: 1-16). Untuk itu, maka setiap murid Yesus
harus siap menghadapi tantangan-tantangan dunia (Yoh 15:18). Bila hal itu
terjadi, selanjutnya cita-cita pekerjaan misi (adalah agar semua bangsa dari
berbagai jurusan datang di hadapan tahta Bapa; Luk 13:29) akan tercapai.
Penutupan
Guru meningkatkan: (1) kualitas meningkatkan
produktivitas, (2) kualitas mempengaruhi kinerja yang lebih baik pada pasar,
(3) kualitas efisiensi waktu, dan (4) kualitas adalah pandangan hidup: way of
life of Jesus. Alkitab sebagai bahan pelajaran. Alkitab dapat menjawab semua
keperluan rohani manusia. Alkitab menyatakan kehendak dan rencana-Nya diketahui
melalui Alkitab. Alkitab merupakan norma dari pelajaran. Alkitab merupakan
normative kebenaran. Inti dari Alkitab
adalah melaksanakan visi Allah baik visi
misioner (memenangkan sebanyak mungkin jiwa yang tersesat) maupun visi pastoral
(iman orang-orang percaya semakin bertumbuh) dengan terfokus hidup seperti
Yesus Kristus.
Anak didik mgembangkan talenta: (1) Pembawaan sejak
lahir: dicek latar belakang keluarga (Kristen KTP atau Kristen pasif, atau Kristen aktif melayani) --- dikembalikan. (2)
Menjadikan anak didik kualitas: kognitif, afektif, dan psikomotoris. (3)
Menjadikan anak didik berprestasi.***
[1]Makalah
ini digunakan sebagai bahan ceramah dalam “Kegiatan Pembinaan Guru Agama
Kristen Tingkat Sekolah Dasar pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
2012,” Kamis, 19 Januari 2012, Wisma Sejahtera Jl. Ketinitang Madya 92
Surabaya.
[7]H.C. Witherington, dkk., Teknik
Belajar dan Mengajar (Bandung: Jemmar, 1986) 131.
[8]
B.S. Sidjabat, Menjadi Guru yang Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 1994) 35.
[9]Ibid.
[11]Ibid. 54.
[12]James D.G. Dunn, WBC Roman 1-8, (Dallas: Word
Incorporated, 1991), 39.
[13]Leon Morris, The Epistle to the Romans, (Grand
Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing, 1988), 68.
[14] H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, 60-67.
[15]B. S. Sidjabat, “GBPP dan
Satuan Acara Perkulihan” , artikel para Program Applied Approch (AA) bersama
dosen-dosen Pendidikan Tinggi Teologi/Agama Kristen di Bogor, Jawa Barat, 19,20
April 2007.
[16]Baca Mudhoffir, Teknologi Instruksional (1990) 97.
[17]W.E. Vine, Vine’s Expository Dictionary of New
Testament Words (Peabody :
Hendrickson Publishers, tp.th) 688-689.
[18] Ibid. 383.