Senin, 29 Juni 2015

KUALITAS DAN TALENTA


MENGEMBANGKAN KUALITAS DAN TALENTA
ANTARA GURU DENGAN ANAK DIDIK[1]
Oleh Harianto GP.

Memasuki tahun 2012 dengan berbagai program  kerja dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini dilakukan oleh Kemeneterian Agama RI mengenai Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Sertifikasi Guru, ketentuan menjadi guru harus  S.Pd.K. (strata S-1), dan akreditasi BAN PT untuk sekolah, perguruan tinggi dan universitas, maka segala perangkat pendidikan dituntut semakin meningkatkan dirinya. Kondisi tersebut menjadi special bagi para guru dan anak didik dalam meningkatkan kualitas guru dan talenta anak dalam proses belajar mengajar.
Makalah  pendek  ini bertujuan untuk menjawab: bagaimana pemahaman kualitas dan talenta, yang perlu dikembangkan oleh para guru dan anak didik dalam  proses belajar mengajar.

Kualitas guru

Pengertian Kualitas
Quality (noun/kata benda): mutu, menekakan pada: (1) tingkat baik buruknya sesuatu;  (2) derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); mutu: sangat dibutuhkan tenaga-tenaga terampil yang tingginya. Digambarkan bahwa pribadi yang baik adalah mempunyai bentuk tingkah laku yang baik seseorang sebagai warga masyarakat atau warga negara yang dapat dijadikan teladan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Jadi “berkualitas” berarti mempunyai kualitas; bermutu (baik): setiap perguruan tinggi ingin menghasilkan sarjana yang baik.
Kalau divisualisasikan dalam arti kata sebagai berikut:
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma,TQM, Kaizen, dan lain-lain. Tetapi beberapa pakar kualitas mendefinisikan kualitas dengan beragam interpretasi. Juran, mendefinisikan kualitas secara sederhana sebagai ‘kesesuaian untuk digunakan’.  Jadi kalau seseorang tidak dapat “digunakan” dalam suatu pekerjaannya, maka ia “kurang” berkualitas.  Kesesuaian dengan tujuan adalah sangat bermanfaat: seseorang yang berkualitas sangat bermanfaat. ”Crosby mengatakan “kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi: availability, delivery, realibility, maintainability, dan cost effectivenes. Sedangkan Feigenbaum mengatakan bahwa  “kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture , dan maintenance,dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan sesuai dengankebutuhan dan harapan pelanggan.
Dale dalam beberapa hasil survey yang terfokus pada persepsi arti pentingnya kualitas produk dan jasa, diantaranya: kualitas meliputi semua hal (quality is all-pervasive) sebagai berikut:
1.    Kualitas meningkatkan produktivitas
2.    Kualitas mempengaruhi kinerja yang lebih baik pada pasar
3.    Kualitas berarti meningkatkan kinerja bisnis. Biaya non kualitas yang tinggi, konsumen adalah raja,
4.    Kualitas adalah pandangan hidup (way of life).

Kualitas dalam Pendidikan
Kualitas meningkatkan produktivitas: guru yang visioner, guru yang terampil dengan kurikulum (teorik dan praktek),  proses belajar mengajar guru dengan anak didik, dan guru yang terlatih melakukan evaluasi.
kualitas mempengaruhi kinerja yang lebih baik pada pasar: guru yang mampu melihat kebutuhan anak setelah lulus mau kemana, guru yang mampu melihat persiangan kebutuhan pasar, guru yang mampu melihat persaingan sekolah.
kualitas berarti meningkatkan kinerja bisnis. Biaya non kualitas yang tinggi, konsumen adalah raja: guru yang dapat menggunakan modal sekecilnya mampu mengelola lembaga pendidikan (sarana dan prasana), guru yang berpikir sebagai seorang manajer yang mendatangkan keuntungan.
kualitas adalah pandangan hidup (way of life): guru yang meningkatkan daya kognitif (kemampuan akademik), afektif (peka  dan mampu menjawab  kebutuhan profesionalisme lapangan, dan psikomotoris (terampil, mengembangkan dirinya dalam segala keterampilan yang nantinya ditranfer kepada anak didiknya).

Talenta Anak Didik

Pengertian Talenta
Talent (noun): bakat, pembawaan. Pembawaan seseorang sejak lahir; bakat: Tuhan telah menganugerahkan, memberi kekuatan dan petunjuk.
Talenta dapat di visualisasikan sebagai berikut :


 Bakat merupakan kualitas yang dimiliki  oleh semua orang dalam tingkat yang beragam.  Bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan. Brigham mengatakan bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan. Jadi, bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual.
Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: (1) Achievement: Kemampuan aktual. (2) Capacity: Kemampuan potensial. (3) Aptitude: Kualitas

Talenta dalam Anak Didik
Taletan (bakat) dalam anak didik dapat mencakup sebagai berikut:
1.    Pembawaan sejak lahir: dicek latar belakang keluarga (Kristen KTP atau Kristen pasif, atau  Kristen aktif melayani) --- dikembalikan
2.    Menjadikan anak didik kualitas: kognitif, afektif, dan psikomotoris
3.    Menjadikan anak didik berprestasi


Proses Belajar Mengajar antara Kualitas Guru dengan Talenta Anak Didik
Dalam belajar melibatkan keseluruhan dimensi dari individu karena manusia adalah makhluk utuh yang memiliki dimensi lahiriah, jasmaniah, pribadi dan sosial.  Setiap individu memiliki pancaindra. Karena alasan itulah proses belajar yang baik melibatkan keseluruhan panca indera semaksimal mungkin.
Melibatkan pancaindera dalam kegiatan belajar:
1. Dengar-à  2. Lihat-à 3. Bicara-à 4.Berbuat-à dan 5. Berbicara dan Berbuat

Belajar harus mengaktifkan pendengaran, penglihatan, perasaan, penciuman, perabaan dan pengalaman bahkan gerak. H.R Mill dalam piramid belajar, mengatakan dari segi pengembangan pengetahuan bahwa seseorang untuk memperoleh pengetahuan biasanya seseorang lebih banyak belajar melalui penglihatan (75%) daripada pendengaran (25%). Selanjutnya pandangan belajar dari segi pengembangan ketrampilan, yaitu seseorang meningkatkan ketrampilan, maka seseorang belajar melalui praktek (65%) daripada penglihatan (25%) dan pendengaran (10%).[6]
Contoh-contoh pada masing-masing pengembangan pengetahuan dan pengembangan ketrampilan, yaitu: dapat dilihat pada gambar berikut:
1.    Mengembangkan penglihatan anak didik: guru kualitas dapat menjawab kebutuhan anak didik dan meningkatkan anak didik dalam wujud ”penglihatan”.
2.    Mengembangkan pendengaran anak didik: guru yang berkualitas dapat menjawab kebutuhan anak didik dan dapat meningkatkan anak didik dalam mewujudkan ”pendengaran”.
3.    Mengembangkan praktek anak didik: guru yang berkualitas dapat menjawab kebutuhan anak didik dan dapat meningkatkan anak didik dalam mewujudkan ”praktek”.

Dengan demikian peningkatan anak didik menuju dua hal sebagai berikut:
1.    Talenta: ”anak didik yang berprestasi” secara kognitif, afektif, dan psikomotoris
2.    Kualitas:  anak didik menjadi produktif, mempunyai kinerja yang bagus,  mempunyai pandangan hidup ke depan, mengerjakan segala sesuatu secara efisien.


Guru
Menurut Witherington, makna mengajar bukanlah hanya menuangkan bahan pelajaran ke dalam pikiran piiran, atau menyampaikan kebudayaan bangsa kepada anak-anak. ”Teaching is primarely and always the stimulation of the learning.“[7] Jadi murid yang sudah mendapat stimulasi dari guru tidak akan berhenti belajar, akan tetapi terus menyelidiki dan memperdalam pengetahuannya. Menurut H.G Wells mengajar sebagai tugas guru adalah the greatest of human tests. Memang, mengajar yang efektif sangat kompleks dan bergantung pada integrasi dari berbagai faktor. Untuk mengetahui syarat-syarat mengajar yang baik diadakan macam-macam penyelidikan tentang sifat-sifat guru dan teknik-teknik mengajar.
Untuk mempertegas pembahasan dalam hal ini lebih membicarakan kepada guru Kristen, karena dalam proses pembelajaran sangat berbeda antara guru Kristen dengan guru umum. Istilah guru Kristen dapat kita pahami dari tiga segi, yaitu pertama guru dalam perspektif Kristen; kedua, guru yang Kristen dan ketiga, guru yang memberi pengajaran berkaitan dengan iman Kristen.[8]  Jadi dalam pembahasan ini mengarah pada guru Kristen, guru yang mengajarkan iman Kristen, yang memberi kesan lebih sempit tentang lingkup tugasnya. Dengan demikian, guru Kristen hanya menunjuk kepada mereka yang mengajarkan agama Kristen yang menggeluti bidang pekerjaannya dalam hal kekristenan.
Selain status sebagai guru Kristen, perlu memberi penjelasan mengenai persyaratan sebagai seorang guru Kristen.  Jadi apa yang dipersyaratkan kepada guru umum tentu saja tidak sama dengan guru Kristen. Persyaratan guru umum harus dimiliki oleh guru Kristen, sebaliknya yang dimiliki oleh guru Kristen tidak dimiliki oleh guru umum. Aspek persyaratan yang dimiliki oleh guru Kristen yang tidak dimiliki oleh guru umum adalah masalah persyaratan rohani, persyaratan iman Kristen.
Syarat-Syarat seorang pendidik supaya mengajar lebih efektif yaitu persyaratan secara profesional dan persyaratan rohani. Persyaratan guru yang profesional  meliputi keterandalan (menguasai apa yang dikerjakan), layanan yang kas(kemanfaatanya lebih nyata), diakui oleh masyarakat dan pemerintah. administratif akademik, ketrampilan teknik mengajar, sedang persyaratan rohani seorang guru Kristen antara lain: lahir baru, dewasa rohani, serta berpegang pada Alkitab sebagai sumber utama dalam pengajarannya. Dengan demikian seorang guru Kristen harus memiliki keseimbangan antara persyaratan profesional dengan persyaratan rohaniah.[9]

Anak Didik
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, setiap guru perlu memiliki pemahaman yang komprehensif tentang anak didik.  Hal ini sangat penting, mengingat pelaku proses belajar adalah anak didik itu sendiri. Guru tidak dapat belajar bagi anak didinya, anak didiklah yang belajar bagi dirinya sendiri.Bahan pengajaran yang baik mendorong terjadinya proses pembelajaran. Sekalipun demikian, kita harus memahami bahwa kemauan setiap anak didik untuk melakukan pembelajaran berbeda-beda.
Pemahaman terhadap anak didik sangat penting bagi pendidik. Dengan demikian, peranan guru ialah memberi bimbingan, bantuan atau pengarahan agar anak didik dapat bertanggung jawab atas dirinya dan kemajuannya sendiri, serta mengalami peristiwa belajar yang lebih efektif. Demi kelancaran proses pembelajaran, maka guru perlu mengenal latar belakang dan tingkat perkembangan serta kebutuhan anak didik. Jika guru berusaha mengenal siapa anak didiknya yang akan dilayani, ia akan lebih mendapat pertolongan dalam merumuskan tujuan, sasaran dan bahan pengajaran yang relevan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Menurut BS. Sijabat bahwa pemahaman utama mengenai anak didik yang perlu dimiliki dan terus ditingkatkan oleh guru ialah tentang kedudukan mereka sebagai makhluk religius. [10] Dengan demikian  guru dalam perspektif pendirikan Kristen harus memiliki keyakinan bahwa anak didik bukan saja sbagai makhluk biologis, psikologis, sosiologis dan kultural, tetapi terutama bahwa a makhluk religius. Ini sesuai deangan penjelasan Alkitab bahwa mansuia diciptakan sesuai dengan ”gambar dan rupaNya” (Kej 1:26, 27).
Anak didik adalah manusia yang memiliki potensi moral, intelektual atau mental, bahkan potensi keindahan.  Allah tidak membiarkan manusia tanpa perlengkapan atau modal dasar, yaitu potensi, kemampuan, kesanggupan, kekuatan dan kuasa. Karena itu, guru harus tetap mengembangkan pandangan positif terhadap peserta didiknya, yaitu keyakinan potensi manusia. Guru juga bertugas dengan terlebih dahulu dahulu mengakui dan menghargai kekuatan yang dimiliki oleh anak didik.
Sebagai manusia, guru dan anak didik merupakan pribadi seutuhnya.[11] Maksudnya adalah guru dan anak didiknya sekaligus memiliki dimensi lahiriah atau fisik (fisiologis) dan dimensi batiniah.  Ke dalam dimensi batiniah termasuk aspek jiwa, mental dan roh. Semua unsur tersebut saling berkaitan dalam aktifitas sehari-hari, khususnya dalam proses pembelajar. Jika demikian, belajar bukan saja perbuatan fisik (olah raga), tetapi juga aktifitas emosi (olah rasa), sikap, dn pikiran.  Perbuatan belajar bahkan dapat kita pahami sebagai kegiatan rohani. Pelajaran keagamaan (iman Kristen) juga tidak lepas dari kegiatan rohani. 

Nilai Dasar Tranformasi: Alkitab sebagai Dasar Pengajaran
Alkitab menjadi dasar rancangan pengajaran merupakan peletakan kurikulum yang alkitabiah. Alkitab menjadi mutlak benar dan tidak ada sedikitpun kesalahan. Alkitab adalah final tidak ada alkitab lain di luar Alkitab Yesus Kristus. Alkitab ditulis oleh para nabi Allah yang diilhami oleh Roh Kudus sehingga Alkitab adalah Firman Allah.

Pengertian Alkitab sebagai Dasar Pengajaran
Alkitab adalah sumber dari segala kehidupan, yang membuat seseorang dari kehidupan yang jahat menjadi baik, hidup meragukan masa depan menjadi hidup penuh dengan masa depan, hidup yang selalu merasa serba kekurangan menjadi selalu dicukupi, hidup yang selalu kurang puas menjadi dipuaskan. Paulus sendiri mengatakan: “aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm 1:16). Kata “menyelamatkan” (salvation; bahasa Yunani  “suterian”) menekankan pada efek mengenai keselamatan.  “suterian”; akar katanya “suteria” menujuk pada “bodily health, preservation, safety”[12]  tetapi lebih dalam bahwa keselamatan itu dikarenakan “justification’, “redemption” dari Allah (kekuatan Allah yang ada pada frase sebelumnya). Keselamatan itu secara positif bahwa hidup dalam kejujuran dan membawa banyak berkat dari Allah (Rm 5:10-11; 1 Kor 1;18; Ef 2;13) tetapi secara negatifnya, orang yang tidak diselamatkan terkena murka Allah (Rm 5:9), jauh dengan Allah (Rm 5:10), jatuh dalam dosa (Mat 1:21),  kehidupannya hilang (Luk 19:10), hidup dalam kekuatan iblis (Luk 8:36), jatuh sakit (Luk 8: 48), hidup dalam bahaya (Mat 8:25-26), dan menjadi generasi yang korup (Kis 2:40).[13]
Begitu luar biasanya makna dan kekuatan dari Alkitab, maka sepantasnyalah Alkitab menjadi sebagai dasar pengajaran.  Maksudnya, Alkitab bukan saja menjadi isi (kurikulum) yang hendak diajarkan bagi pendidikan orang dewasa, tetapi Alkitab menjadi aturan-aturan dalam merancang pengajaran. Aturan-aturannya adalah Alkitab menjadi dasar atau batas materi dan strategi-strategi yang bagaimana dapat dilakukan dalam mengembangkan proses belajar mengajar kepada orang dewasa.

Rancangan Pengajaran
Rancangan pengajaran merupakan sarana menguraikan tranformasi ekspresi  dari nilai-nilai Alkitab. Suprijanto merumuskan rancangan mengajaran terdiri dari beberapa poin sebagai berikut: (1) Identifikasi tujuan umum pengajaran; (2) Melakukan analisis pengajaran; (3) Identifikasi tingkahlaku dasar dan ciri-ciri peserta didik; (4) Merumuskan tujuan performasi; (5) Mengembangkan butir-butir teks ancuan patokan; (6) Mengembangkan strategi pengajaran; (7) Mengembangkan dan memilih materi pengajaran; (8) Merancang dan melakukan evaluasi formati; (9) Merevisi materi pengajaran; (10) Merancang dan melakukan evaluasi sumatif.[14] Pekerjaan di atas, dapat diwujudkan dalam Garis Besar Program Pengajar (GBPP). Sidjabat menyebutnya semacam “pedoman kurikulum”, yang muatannya adalah: mata kuliah, sks, penjelas dan tujuan, topik bahasan, bahan sumber belajar. GBPP adalah pedoman untuk mengembangkan Rencana Perkuliahan atau Satuan Acara Perkuliah (silabus).[15] Sedangkan SAP adalah rancangan kegiatan pembelajaran satu semester, menjawab tiga pertanyaan utama: (a) apa yang harus dipelajari (tujuan pembelajaran); (b) apa atau bagaimana prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan (kegiatan dan sumber belajar); (c) bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi).[16]



Kekuatan Alkitab
Alkitab bukan saja memberi tuntunan orang-orang percaya agar imannya semakin  berbuah, tetapi juga merupakan kunci dari keberhasilan segala kegiatan manusia di dunia.  Alkitab yang menjadi pedoman dan dasar pengajaran kehidupan orang-orang percaya menujuk kepada kekekalan hidup. Kitab Daniel 4:34  mengatakan: “aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun”. Daniel 12:7  Lalu kudengar orang yang berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas  air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: "Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi!" Bahkan  dalam Roma 2:7  mengatakan bahwa  hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan. Berikutnya  1 Yohanes 1:2  mengatakan: “Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami”.
Frasa “hidup kekal” (eternal life; bahasa Yunani “sume” (life) “aimenion” (eternal) menunjuk pada kehidupan anak (inkarnasi Yesus) ke bumi membawa spiritual life (Yoh 6:57; Rm 1:17; 8:13b, Gal 2:19,20; Ibr 12:9), merubah keadaan yang tadinya berdosa menjadi hidup dalam Allah, membawa harapan, dan  merubah karakter manusia. Berkaitan hal tersebut, maka Vine menguraikan arti hidup sebagai berikut:

To live means to experience that change, which to be the portion of all in Christ who will be alive upon the earth at the Parousia of the lord Jesus and wich corresponds to the resurrection of those who had previously died in Christ.[17]

Kata “eternal” menunjuk pada tujuan waktu yang tiada akhir, tempat yang tiada akhir,  musim yang tiada akhir,  pribadi yang tiada akhir, kekuatan yang tiada akhir,  tetapi untuk masuk dalam eternal melalui penghakiman yang dilakukan oleh Allah.[18] Jadi, kehidupan kekal merupakan jalan Yesus yang menunjuk segalanya tiada akhir.

Transformasi Injil
Transformasi Injil merupakan Amanat Agung Allah yang harus diberikan kepada semua orang di seluruh bumi (Mat 28: 16-20; Mrk 16:15; Luk 24: 46-48; dan Yoh 20: 21-23). Yesus mengajarkan kepada siapa saja bahwa tidak ada seorang pun dapat sampai kepada Bapa di surga kecuali hanya melalui Tuhan Yesus (Yoh 14:6). Inilah inti berita keselamatan bagi manusia di dunia. Yesus tidak kompromi dan Dia ingin mengatakan hanya melalui Yesus ada jalan keselamatan, tetapi Yesus tidak memaksa manusia. Yesus sama dengan Bapa memberi pilihan kepada manusia untuk memilih “hidup kekal” atau “binasa” di mana manusia akan mati dalam dosa mereka jika mereka tidak mau percaya bahwa Dialah Juruselamat itu (Yoh 8:24). 
Yesus mengajarkan para pengikut-Nya bahwa bagaimana mereka bisa menjalani sebuah kehidupan yang berbuah-buah, yakni dengan berada dekat dengan Dia (Yoh 15: 1-16). Sukacita dan kepatuhan akan menjadi tanda-tanda kehidupan mereka. Mereka akan menjadi sahabat, tidak saja hanya hamba-hamba (ay. 15), tetapi mereka harus juga siap menghadapi tantangan dan penganiayaan. Begitu juga sewaktu Yesus melewatkan sebagian besar hidup-Nya di dunia ini untuk melayani bangsa-Nya sendiri, yaitu orang-orang Yahudi. Hal sedemikian jelas bahwa Dia juga mencita-citakan pelayanan Injil di seluruh dunia (Luk 13:29; Mat 24:14; 15: 21-28; 8:5-13).
Kerinduan Yesus bahwa kehidupan kekristenan dapat menghasilkan buah yang lebat (Yoh 15: 1-16). Untuk itu, maka setiap murid Yesus harus siap menghadapi tantangan-tantangan dunia (Yoh 15:18). Bila hal itu terjadi, selanjutnya cita-cita pekerjaan misi (adalah agar semua bangsa dari berbagai jurusan datang di hadapan tahta Bapa; Luk 13:29) akan tercapai.

Penutupan
Guru meningkatkan: (1) kualitas meningkatkan produktivitas, (2) kualitas mempengaruhi kinerja yang lebih baik pada pasar, (3) kualitas efisiensi waktu, dan (4) kualitas adalah pandangan hidup: way of life of Jesus. Alkitab sebagai bahan pelajaran. Alkitab dapat menjawab semua keperluan rohani manusia. Alkitab menyatakan kehendak dan rencana-Nya diketahui melalui Alkitab. Alkitab merupakan norma dari pelajaran. Alkitab merupakan normative kebenaran.  Inti dari Alkitab adalah melaksanakan visi Allah  baik visi misioner (memenangkan sebanyak mungkin jiwa yang tersesat) maupun visi pastoral (iman orang-orang percaya semakin bertumbuh) dengan terfokus hidup seperti Yesus Kristus.
Anak didik mgembangkan talenta: (1) Pembawaan sejak lahir: dicek latar belakang keluarga (Kristen KTP atau Kristen pasif, atau  Kristen aktif melayani) --- dikembalikan. (2) Menjadikan anak didik kualitas: kognitif, afektif, dan psikomotoris. (3) Menjadikan anak didik berprestasi.***








[1]Makalah ini digunakan sebagai bahan ceramah dalam “Kegiatan Pembinaan Guru Agama Kristen Tingkat Sekolah Dasar pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur 2012,” Kamis, 19 Januari 2012, Wisma Sejahtera Jl. Ketinitang Madya 92 Surabaya.
[6]Baca H.R. Mill,   Teaching and Training A Handbook for Intruction (New York:  Micmillan, 1977).
[7]H.C.  Witherington, dkk.,  Teknik Belajar dan Mengajar  (Bandung:  Jemmar, 1986) 131.
[8] B.S. Sidjabat,  Menjadi Guru yang  Profesional  (Bandung: Kalam Hidup, 1994) 35.
[9]Ibid.
[10]Ibid. 52.
[11]Ibid. 54.
[12]James D.G. Dunn, WBC Roman 1-8, (Dallas: Word Incorporated, 1991), 39.
[13]Leon Morris, The Epistle to the Romans, (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing, 1988), 68.
[14] H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, 60-67.
[15]B. S. Sidjabat, “GBPP dan Satuan Acara Perkulihan” , artikel para Program Applied Approch (AA) bersama dosen-dosen Pendidikan Tinggi Teologi/Agama Kristen di Bogor, Jawa Barat, 19,20 April 2007.
[16]Baca Mudhoffir, Teknologi Instruksional   (1990) 97.
[17]W.E. Vine, Vine’s Expository Dictionary of New Testament Words (Peabody: Hendrickson Publishers, tp.th) 688-689.
[18] Ibid. 383.